I. KASUS
PT
Golden Castle , bergerak dalam bidang konveksi atau textil, mengalami konflik
antara perusahaan dengan karyawan. Konflik ini terjadi yang disebabkan oleh
adanya miss communication antar atasan dengan karyawan. Adanya perubahan
kebijakan dalam perusahaan mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan
, namun pihak perusahaan belum memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan
merasa diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan. Para karyawan
mengambil tindakan yaitu dengan mendemo perusahaan, Namun tindakan ini berujung
pada PHKbesar-besaran yang
dilakukan oleh perusahaan.
II. TEORI
A. Pengertian Konflik
Robbins
(1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu
proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat
(sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh
positif maupun pengaruh negative. Konflik
berasal dari kata kerja Latin
configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
B. Pandangan Tentang Konflik
Terdapat tiga sudut pandang atau
pandangan terhadap konflik yang terjadi dalam organisasi, antara lain:
1.
Pandangan
Tradisional
Pandangan
tradisional menyatakan bahwa konflik dipandang sebagai sesuatu yang jelek,
tidak menguntungkan, dan selalu menimbulkan kerugian dalam organisasi. Oleh
karena itu konflik harus dicegah dan dihindari sebisa mungkin dengan mencari
akar permasalahannya (Muhyadi dalam Soetopo, 2010).
2.
Pandangan
Hubungan Kemanusiaan (Behavioral)
Pandangan ini
menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam semua kelompok
organisasi (Robbins, 2002). Menurut Soetopo (2010), tanpa diciptakan konflik
mesti terjadi dalam organisasi. Atas dasar itu, konflik tidak selamanya
merugikan, tetapi juga menguntungkan. Oleh sebab itu, konflik yang terjadi
harus dikelola dengan baik.
3.
Pandangan
Interaksi
Pandangan ini
menganggap bahwa konflik dalam organisasi perlu diciptakan. Konfik bukan hanya
suatu kekuatan positif dalam suatu organisasi tetapi juga diperlukan agar
kinerja organisasi lebih efektif. Selain itu, organisasi yang tenang, harmonis,
penuh kedamaian, maka kondisinya akan menjadi statis dan tidak inovatif. Akibat
selanjutnya adalah organisasi tersebut tidak dapat bersaing untuk maju.
C. Proses Konflik
Proses konflik terdiri dari 5 tahap
yaitu :
a.
Tahap I Potensi Oposisi dan Ketidakcocokan
Kondisi yang
menciptakan terjadinya konflik meskipun kondisi tersebut tidak mengarah
langsung ke konflik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh :
Ø Komunikasi :
Komunikasi yg
kurang baik dalam organisasi shg menimbulkan ketidaknyamanan antar anggota
organisasi.
Ø Struktur : Tuntutan pekerjaan menyebabkan
ketidaknyamanan antar anggota organisasi.
Ø Variabel
Pribadi : Ketidaksukaan
pribadi atas individu lain.
b.
Tahap II Kognisi dan Personalisasi
Apabila pada tahap
I muncul kondisi yang negatif, maka pada tahap ini kondisi tersebut
didefinisikan, sesuai persepsi pihak yang berkonflik.
Ø Konflik yang
dipersepsikan : kesadaran satu
pihak atau lebih atas adanya konflik yang menciptakan peluang terjadinya
konflik.
Ø Konflik yang
dirasakan : keterlibatan
emosional saat konflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi, atau
kekerasan.
c.
Tahap III maksud
Maksud berada di antara
persepsi dan emosi orang serta perilaku terang- terangan mereka. Maksud merupakan keputusan untuk
bertindak dalam cara tertentu.
Ø Persaingan : keinginan memuaskan kepentingan
seseorang, tidak mempedulikan dampak pada pihak lain dalam konflik tsb.
Ø Kolaborasi : situasi yg di dalamnya pihak2 yg
berkonflik sepenuhnya saling memuaskan kepentingan semua pihak.
Ø Penghindaran : keinginan menarik diri dari konflik.
Ø Akomodasi : kesediaan satu pihak dlm konflik u/
memperlakukan kepentingan pesaing di atas kepentinganya sendiri.
Ø Kompromi : satu situasi yg di dalamnya masing2
pihak yg berkonflik bersedia mengorbankan sesuatu.
d.
Tahap IV Perilaku
Pada tahap ini
konflik tampak nyata, mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yg dibuat pihak2
yg berkonflik.
e.
Tahap V Hasil
Pada tahap ini
konflik dapat ditentukan apakah merupakan Konflik fungsional atau konflik
disfungsional. Bila hasilnya konflik
fungsional maka biasanya berfokus pada konflik tugas dan konflik proses
serta menghilangkan keberagaman hubungan. Tetapi bila hasilnya konflik disfungsional maka harus
diredakan. Untuk meredakan konflik disfungsional perlu adanya manajamen konflik.
D. Pengertian Negosiasi
Negosiasi menurut Ivancevich (2007)
sebuah proses di mana dua pihak ( atau lebih ) yang berbeda pendapat berusaha
mencapai kesepakatan. Menurut Sopiah (2008), negosiasi merupakan suatu proses
tawar-menawar antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Sedangkan Robbins
( 2008) menyimpulkan negosiasi adalah sebuah proses di mana dua pihak atau
lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati
nilai tukarnya. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa negosiasi
adalah suatu upaya yang dilakukan antara pihak-pihak yang berkonflik dengan
maksud untuk mencari jalan keluar untuk menyelesaikan pertentangan yang sesuai
kesepakatan bersama.
E. Strategi
Negoisasi
Ada 2 macam strategi yang di gunakan
dalam negosiasi, yaitu:
1)
Negosiasi
distributive
Negosiasi yang
berupaya membagi sumberdaya yang jumlahnya tetap; situasi menang kalah.
2)
Negosiasi
intergratif
Perundingan yang
mencari satu penyelesaian atau lebih yang dapat menciptakan penyelesaian
menang-menang.
E. Proses Negosiasi
Ada 5 langkah dalam proses negosiasi yaitu :
- Persiapan dan perencanaan: menentukan sasaran dan apa yang anda inginkan dalam perundingan itu.
- Definisi aturan dasar: mantapkan aturan dasar dan prosedur dari semua pihak mengenani perundingan itu.Penjelasan dan pembenaran: bila pendirian awal telah di pertukarkan, anda dan pihak lain akan menerangkan permintaan anda lebih detail.
- Tawar menawar dan pemecahan masalah: proses actual member dan menerima sebagai upaya memperbincangkan persetujuan.
- Penutupan dan implemetasi: menformalkan persetujuan yang telah diwujudkan dan menyusun setiap prosedur yang di perlukan untuk pelaksanaan dan pemantauan.
III.
PENJELASAN KASUS
Konflik itu sendiri merupakan proses
yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi
secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara
negatif. Faktor-faktor kondisi konflik (Robbins, Sthepen ,2003,
Perilaku Organisasi):
a. Harus
dirasakan oleh pihak terkait.
b. Merupakan
masalah persepsi.
c. Ada
oposisi atau ketidakcocokan tujuan, perbedaan dalam penafsiran fakta,
ketidaksepakatan pada pengharapan perilaku
ketidaksepakatan pada pengharapan perilaku
d. Interaksi negatif-bersilangan
e. Ada
peringkat konflik dari kekerasan sampai lunak.
Konflik yang sering terjadi biasanya
adalah karena masalah kominikasi yang kurang baik. Sehingga cara mengatasi
konflik dalam perusahaan harus benar-benar dipahami management inti
dari perusahaan, untuk meminimalisir dampak yang timbul.
Permasalahan atau konflik yang terjadi
antara karyawan atau karyawan dengan atasan yang terjadi karena masalah
komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan system yang terstruktur.
Karena jika masalah komunikasi antara atasan dan bawahan terjadi bias-bisa terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demo. Sehingga untuk mensiasati
masalah ini bias dilakukan dengan berbagai cara.
a. Membentuk
suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam
komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui
loudspeaker.
komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui
loudspeaker.
b. Buat
komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis,
misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan
intens akan mengurangi masalah di lapangan.
misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan
intens akan mengurangi masalah di lapangan.
c. Beri
pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan
memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan
meminimalkan masalah dalam hal komunikasi
memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan
meminimalkan masalah dalam hal komunikasi
IV.
KESIMPULAN
Konflik berasal dari kata kerja latin configere
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Negosiasi adalah sesuatu yang
kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita.
Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan
menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.
Dalam banyak hal, negosiasi justru
tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru
dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara
dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya
selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki
keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi
setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ekoriyadi384.blogspot.co.id/2013/12/konflik-dalam-perusahaan.html
https://kahfiehudson.wordpress.com/2011/12/13/konflik-dalam-organisasi/
http://tugaskuliahanakmenej.blogspot.co.id/2011/06/konflik-dalam-perilaku-organisasi.html
http://blognyararatatanana.blogspot.co.id/2012/11/konflik-dan-negosiasi.html
http://pomanbis.blogspot.co.id/2014/05/konflik-dan-negosiasi-dalam-sebuah.html
https://marwanhkm.wordpress.com/2012/05/02/makalah-prilaku-organisasi-konflik-dan-negoisasi/