Sabtu, 28 November 2015

Konflik dan Negosiasi

I. KASUS

PT Golden Castle , bergerak dalam bidang konveksi atau textil, mengalami konflik antara perusahaan dengan karyawan. Konflik ini terjadi yang disebabkan oleh adanya miss communication antar atasan dengan karyawan. Adanya perubahan kebijakan dalam perusahaan mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan , namun pihak perusahaan belum memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan merasa diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan. Para karyawan mengambil tindakan yaitu dengan mendemo perusahaan, Namun tindakan ini berujung pada PHKbesar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan.

II. TEORI

A. Pengertian Konflik
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negative. Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

B. Pandangan Tentang Konflik
Terdapat tiga sudut pandang atau pandangan terhadap konflik yang terjadi dalam organisasi, antara lain:
1.      Pandangan Tradisional
Pandangan tradisional menyatakan bahwa konflik dipandang sebagai sesuatu yang jelek, tidak menguntungkan, dan selalu menimbulkan kerugian dalam organisasi. Oleh karena itu konflik harus dicegah dan dihindari sebisa mungkin dengan mencari akar permasalahannya (Muhyadi dalam Soetopo, 2010).
2.      Pandangan Hubungan Kemanusiaan (Behavioral)
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam semua kelompok organisasi (Robbins, 2002). Menurut Soetopo (2010), tanpa diciptakan konflik mesti terjadi dalam organisasi. Atas dasar itu, konflik tidak selamanya merugikan, tetapi juga menguntungkan. Oleh sebab itu, konflik yang terjadi harus dikelola dengan baik.
3.      Pandangan Interaksi
Pandangan ini menganggap bahwa konflik dalam organisasi perlu diciptakan. Konfik bukan hanya suatu kekuatan positif dalam suatu organisasi tetapi juga diperlukan agar kinerja organisasi lebih efektif. Selain itu, organisasi yang tenang, harmonis, penuh kedamaian, maka kondisinya akan menjadi statis dan tidak inovatif. Akibat selanjutnya adalah organisasi tersebut tidak dapat bersaing untuk maju.

C. Proses Konflik
Proses konflik terdiri dari 5 tahap yaitu :
a.      Tahap I Potensi Oposisi dan Ketidakcocokan
Kondisi yang menciptakan terjadinya konflik meskipun kondisi tersebut tidak mengarah langsung ke konflik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh :
Ø  Komunikasi : Komunikasi yg kurang baik dalam organisasi shg menimbulkan ketidaknyamanan antar anggota organisasi.
Ø  Struktur : Tuntutan pekerjaan menyebabkan ketidaknyamanan antar anggota organisasi.
Ø  Variabel Pribadi : Ketidaksukaan pribadi atas individu lain.
b.      Tahap II Kognisi dan Personalisasi
Apabila pada tahap I muncul kondisi yang negatif, maka pada tahap ini kondisi tersebut didefinisikan, sesuai persepsi pihak yang berkonflik.
Ø  Konflik yang dipersepsikan : kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya konflik yang menciptakan peluang terjadinya konflik.
Ø  Konflik yang dirasakan : keterlibatan emosional saat konflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi, atau kekerasan.
c.      Tahap III maksud
Maksud berada di antara persepsi dan emosi orang serta perilaku terang- terangan mereka. Maksud merupakan keputusan untuk bertindak dalam cara tertentu.
Ø  Persaingan : keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak mempedulikan dampak pada pihak lain dalam konflik tsb.
Ø  Kolaborasi : situasi yg di dalamnya pihak2 yg berkonflik sepenuhnya saling memuaskan kepentingan semua pihak.
Ø  Penghindaran : keinginan menarik diri dari konflik.
Ø  Akomodasi : kesediaan satu pihak dlm konflik u/  memperlakukan kepentingan pesaing di atas kepentinganya sendiri.
Ø  Kompromi : satu situasi yg di dalamnya masing2 pihak yg berkonflik bersedia mengorbankan sesuatu.
d.      Tahap IV Perilaku
Pada tahap ini konflik tampak nyata, mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yg dibuat pihak2 yg berkonflik.
e.      Tahap V Hasil
Pada tahap ini konflik dapat ditentukan apakah merupakan Konflik fungsional atau konflik disfungsional. Bila hasilnya konflik fungsional maka biasanya berfokus pada konflik tugas dan konflik proses serta menghilangkan keberagaman hubungan. Tetapi bila hasilnya konflik disfungsional maka harus diredakan. Untuk meredakan konflik disfungsional perlu adanya manajamen konflik.

D. Pengertian Negosiasi
Negosiasi menurut Ivancevich (2007) sebuah proses di mana dua pihak ( atau lebih ) yang berbeda pendapat berusaha mencapai kesepakatan. Menurut Sopiah (2008), negosiasi merupakan suatu proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Sedangkan Robbins ( 2008) menyimpulkan negosiasi adalah sebuah proses di mana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa negosiasi adalah suatu upaya yang dilakukan antara pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud untuk mencari jalan keluar untuk menyelesaikan pertentangan yang sesuai kesepakatan bersama.

E. Strategi Negoisasi
Ada 2 macam strategi yang di gunakan dalam negosiasi, yaitu:
1)      Negosiasi distributive
Negosiasi yang berupaya membagi sumberdaya yang jumlahnya tetap; situasi menang kalah.
2)      Negosiasi intergratif
Perundingan yang mencari satu penyelesaian atau lebih yang dapat menciptakan penyelesaian menang-menang.

E. Proses Negosiasi
Ada 5 langkah dalam proses negosiasi yaitu :
  • Persiapan dan perencanaan: menentukan sasaran dan apa yang anda inginkan dalam perundingan itu.
  • Definisi aturan dasar: mantapkan aturan dasar dan prosedur dari semua pihak mengenani perundingan itu.Penjelasan dan pembenaran: bila pendirian awal telah di pertukarkan, anda dan pihak lain akan menerangkan permintaan anda lebih detail.
  • Tawar menawar dan pemecahan masalah: proses actual member dan menerima sebagai upaya memperbincangkan persetujuan.
  • Penutupan dan implemetasi: menformalkan persetujuan yang telah diwujudkan dan menyusun setiap prosedur yang di perlukan untuk pelaksanaan dan pemantauan.
III. PENJELASAN KASUS
Konflik itu sendiri merupakan proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara negatif. Faktor-faktor kondisi konflik (Robbins, Sthepen ,2003, Perilaku Organisasi):
a. Harus dirasakan oleh pihak terkait.
b. Merupakan masalah persepsi.
c. Ada oposisi atau ketidakcocokan tujuan, perbedaan dalam penafsiran fakta,
                ketidaksepakatan pada pengharapan perilaku
d. Interaksi negatif-bersilangan
e. Ada peringkat konflik dari kekerasan sampai lunak.
Konflik yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah kominikasi yang kurang baik. Sehingga cara mengatasi konflik dalam perusahaan harus benar-benar dipahami management inti dari perusahaan, untuk meminimalisir dampak yang timbul.
Permasalahan atau konflik yang terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan yang terjadi karena masalah komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan system yang terstruktur. Karena jika masalah komunikasi antara atasan dan bawahan terjadi bias-bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demo. Sehingga untuk mensiasati masalah ini bias dilakukan dengan berbagai cara.
a. Membentuk suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam
                komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui
                loudspeaker.
b. Buat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis,
                misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan
                intens akan mengurangi masalah di lapangan.
c. Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan
                memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan
                meminimalkan masalah dalam hal komunikasi

IV. KESIMPULAN
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.



DAFTAR PUSTAKA

http://ekoriyadi384.blogspot.co.id/2013/12/konflik-dalam-perusahaan.html
https://kahfiehudson.wordpress.com/2011/12/13/konflik-dalam-organisasi/
http://tugaskuliahanakmenej.blogspot.co.id/2011/06/konflik-dalam-perilaku-organisasi.html
http://blognyararatatanana.blogspot.co.id/2012/11/konflik-dan-negosiasi.html
http://pomanbis.blogspot.co.id/2014/05/konflik-dan-negosiasi-dalam-sebuah.html
https://marwanhkm.wordpress.com/2012/05/02/makalah-prilaku-organisasi-konflik-dan-negoisasi/

Sabtu, 21 November 2015

Leadership, Power, and Politics



I.                 CONTOH KASUS

      Bank Seruni Indonesia adalah bank terbesar di Yogyakarta. Bank ini mempunyai empat cabang yang tersebar di  empat kabupaten di DIY. Selama beberapa bulan manajemen telah dan sedang mempertimbangkan suatu perubahan prosedur-prosedur evaluasi latihan. Suatu perubahan yang akan mempengaruhi baik departemen personalia maupun para manajer cabang. Rencana tersebut telah didiskusikan dengan semua orang yang akan dikenai, dan sebagian dari mereka  menentang perubahan itu. Penyelia latihan, Atika Nurhadi, adalah salah seorang penentang yang paling keras.
      Setelah diskusi dengan para pengelola bank lainnya, wakil direktur bidang personalia, Ramona Dangdut, memutuskan untuk mengimplementasikan perubahan. Dia membentuk dan menyeleksi para anggota satuan tugas khusus untuk mengimplmentasikan perubahan dan memilih Atika sebagai kepala satuan kerja tersebut. Ketika Ramona meminta kesediaan Atika, dia menerima jabatan itu kemudian berkata : “Bapak tahu bahwa saya menentang perubahan ini. Mengapa bapak memilih saya sebagai pimpinan?”.
      Ramona menimpali : “Ya, saya mngetahui ketidaksetujuan saudara. Kami memilih saudari karena kami menganggap bahwa bila ada berbagai kekurangan dalam usulan perubahan, saudari akan menemukannya. Dan kami percaya bahwa saudari dapat membetulkannya.”

II.               TEORI

A.     KEPEMIMPINAN

Ø  Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata bahasa inggris, yaitu leadership. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepadapengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Ø  Fungsi Kepemimpinan
1.      Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
2.      Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan suatu keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
3.      Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi bukan berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.  Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan sebagai pelaksana.
4.      Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan orang-orang penerima delegasi itu harus yakin merupakan pembantu pimpinan yang memiliki kemampuan prinsip, persepsi dan aspirasi.
5.      Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Ø  Sikap Kepemimpinan Dalam Organisasi yang Baik
1.      Tindakan kepemimpinan yang efektif
Penting bagi seorang pemimpin untuk dapat dipercaya dan memiliki karakter yang kuat. Seorang pemimpin harus mampu memimpin para pengikutnya. Kepemimpinan dalam organisasi yang efektif harus melibatkan  dan membimbing para pengikutnya ke arah yang benar, membantu mereka mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun strategi kepemimpinan yang efektif diantaranya :
a.      Mengetahui keadaan anak buah
b.      Menghargai orang lain
2.      Menjadi Antusias
Seorang pemimpin organisasi yang antusias  adalah pemimpin yang baik. Tujuannya adalah memotivasi pengikutnya untuk bekerja dan merealisasikan rencana. Keterampilan kepemimpinan dalam organisasi sangat mendorong para pengikutnya untuk mengambil upaya menuju tujuan yang diharapkan dalam organisasi. Seorang pemimpin yang antusias dan berpikiran terbuka akan lebih didekati oleh para pengikutnya.
3.      Menjadi percaya diri
Kepercayaan diri adalah penentu kunci dari kepemimpinan dalam organisasi. Tanpa kepercayaan diri, seorang pemimpin tidak bisa mengharapkan orang lain untuk mengikutinya. Kepercayaan diri yang dimiliki seorang pemimpin dalam dirinya, diterjemahkan ke dalam tindakan untuk mengambil keputusan yang tepat dan tindakan yang efektif.
4.      Sikap tenang
Mampu bersikap tenang dalam setiap situasi adalah bagian penting dari menjadi seorang pemimpin yang baik. Rasa tenang membantu dalam mengambil keputusan yang tepat. Dalam situasi apapun pemimpin tidak boleh kehilangan ketenangan karena hal itu akan mengganggu proses pengambilan keputusan organisasi dan berpengaruh pada tujuan organisasi.

B.     POWER DAN POLITICS

v  Pengertian Kekuasaan (Power)
Kekuasaan (Power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk memengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Mungkin aspek terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi ketergantungan (dependency). Semakin besar ketergantungan B pada A, semakin besar pula kekuasaan A dalam hubungan tersebut

v  Landasan Kekuasaan
1.      Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal didasarkan pada posisis seorang individu dalam sebuah organisasi. Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberi imbalan, atau dari wewenang formal.
a.      Kekuasaan Koersif
Landasan kekuasaan koersif (coercive power) adalah rasa takut. Seseorang memberikan reaksinya terhadap kekuasaan ini karena rasa takut terhadap akibat-akibat negatif yang mungkin terjadi jika ia tidak patuh. Kekuasaan koersif mengandalkan aplikasi, atau ancaman aplikasi, sanksi fisik, yang menimbulkan rasa sakit, menimbulakan frustrasi melalui pembataasan gerak, atau pengendalian paksa terhadap kebutuhan dasar fisiologis atau keamanan.
b.      Kekuasaan Imbalan
Kebalikan dari kekuasaan koersif adalah kekuasaan imbalan (reward power). Orang memenuhi keinginan atau arahan orang lain karena dengan berbuat demikain, ia akan mendapatkan manfaat positif. Karena itu, seseorang yang dapat membagikan imbalan atau penghargaan yang dipandang orang lain bernilai akan memiliki kekuasaan atas orang lain itu. Imbalan ini bersifat finansial – seperti pengendalian tingkat upah, kenaikan upah, dan bonus; atau nonfinansial – termasuk pengakuan, promosi, penugasan kerja yang menarik kolega yang ramah, dan wilayah kerja atau wilayah penjualan yang lebih disukai.
c.      Kekuasaan Legitimasi
Dalam kelompok atau organisasi formal, mungkin akses yang paling mudah ditemui pada satu atau lebih landasan kekuasaan adalah posisi struktural seseorang. Hal ini disebut kekuasaan legitimasi (legitimate power). Kekuasaan ini melambangkan kewenangan formal untuk mengendalikan dan memanfaatkan sumber-sumber daya organisasi.
2.      Kekuasaan Pribadi
a.      Kekuasaan karena Keahlian
Kekuasaan karena keahlian (expert power) adalah pengaruh yang diperoleh dari keahlian, keterampilan khusus, atau pengetahuan. Keahlian telah menjadi salah satu sumber pengaruh yang paling kuat karena dunia sudah semakin berorientasi pada teknologi. Karena pekerjaan semakin terspesialiasi, kita menjadi semakin bergantung kepada para ahli untuk mencapai tujuan
b.      Kekuasaan Rujukan
Kekuasaan rujukan (referent power) didasarkan pada identifikasi terhadap seseorang yang memiliki sumber daya atau sifat-sifat personal yang menyenangkan. Jika saya menyukai, menghormati, dan mengagumi Anda, Anda dapat menjalankan kekuasaan atas saya karena  saya inginkan menyenangkan hati Anda. Kekuasaan rujukan berkembang dari kekaguman terhadap orang lain dan hasrat untuk menjadi seperti orang itu.

v  Pengertian Politik (Politic)
Dalam kasus ini perilaku politik didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak dianggap sebagai bagian dari peran formal seseorang dalam organisasi, namun yang mempengaruhi atau berusaha mempengaruhi  distribusi keuntungan dan kerugian didalam organisasi tersebut.

v  Faktor-faktor yang Berkontribusi terhadap Perilaku Politik
Tidak semua kelompok atau organisasi sama politisnya. Penelitian dan observasi baru-baru ini telah mengidentifikasikan beberapa faktor yang kiranya mendorong perilaku poltik. Faktor-faktor tersebut adalah faktor individu dan faktor organisasi.
a)      Faktor Individu
·        Kemampuan merefleksi diri yang baik
·        Pusat Kendali Internal
·        Kepribadian yang lincah
·        Investasi Organisasi
·        Alternatif pekerjaan lain
·        Harapan akan kesuksesan
b)      Faktor Organisasi
·        Realokasi sumber daya
·        Peluang promosi
·        Tingkat kepercayaan rendah
·        Ambiguitas peran
·        Sistem evaluasi kerja tidak jelas
·        Praktik imbalan zero-sum
·        Pengambilan keputusan yang demokratis
·        Tekanan kinerja tinggi
·        Manajer senior yang egois

III.              PEMBAHASAN KASUS
Ramona menyadari bahwa orang yang paling menentang itu merupakan orang yang paling tahu akan kelemahan dari perubahan tersebut. Dengan hal itu ia berpendapat bahwa orang yang lebih tahu akan kelemahan perubahan tersebut layak untuk menjadi pemimpin dibandingkan dengan yang menyetujuinya. Dalam kasus ini Ramona merupakan tipe pemimpin yang demokratis, dia mempertimbangkan pendapat-pendapat dari bawahannya, melakukan musyawarah dan memberikan kesempatan terhadap pihak oposisinya. Saya setuju dengan tindakan Ramona, hal ini disebabkan dengan menempatkan pemimpin oposisi yang mengetahui kelemahan serta kekurangan dari perubahan yang akan diimplementasikan, maka pemimpin tersebut diharapkan akan melakukan perubahan dan perbaikan sehingga perubahan itu dapat semakin berkembang dan menjadi lebih baik lagi.

IV.              KESIMPULAN
      Dalam sebuah organisasi tentunya harus mempunyai seorang pemimpin yang dapat mengatur sumber daya organisasi agar dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien sehingga berdaya guna dan berhasil guna. Seorang pemimpin memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Saat ini, terdapat enam tipe kepemimpinan yang sering digunakan oleh para pemimpin besar maupun dalam ruang lingkup kelompok sampai organisasi besar. Efektivitas dalam sebuah kelompok dapat ditentukan juga oleh sikap dan perilaku seorang pemimpin.
      Pada hakekatnya, kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang diinginkannya. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dibedakan menjadi kekuasaan formal dan kekuasaan personal. Kekuasaan biasanya identik dengan politik. Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal, pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur kepentingan masyarakat seluruhnya, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.




DAFTAR ISI
http://fachmixyz.blogspot.co.id/2015/04/kepemimpinan.html
http://locusfisipunipas.blogspot.co.id/2013/12/kepemimpinan-dalam-organisasi.html
http://sopianamilah.blogspot.co.id/2012/07/kekuasaan-dan-politik.html
http://wendrastari.blogspot.co.id/2014/01/teori-dan-contoh-kasus-kepemimpinan.html
http://israyanibeta.blogspot.co.id/2013/11/perilaku-organisasi.html

Sabtu, 14 November 2015

Komunikasi



I. CONTOH KASUS

Kru British Airways Mogok 3 Hari, 1.100 Penerbangan Akan Dibatalkan

London – Maskapai penerbangan Inggris, British Airways (BA) dilanda aksi mogok kerja para krunya. Ribuan kru kabin BA hari ini memulai aksi mogok yang akan berlangsung tiga hari.
Mogok tersebut dilakukan untuk memprotes rencana pengurangan ongkos operasional BA yang akan berdampak pada gaji pekerja.
Sebelumnya BA berencana menghemat belanja sebanyak 62,5 juta poundsterling untuk mengatasi dampak negatif yang muncul karena menurunnya penumpang, fluktuasi harga bahan bakar dan persaingan dengan maskapai lainnya.
Lebih dari 1.000 penerbangan BA akan mengalami pembatalan selama tiga hari pemogokan tersebut. Mogok kerja ini dilakukan setelah negosiasi antara pimpinan serikat dagang terbesar Inggris, Unite, Tony Woodley dengan kepala eksekutif BA Willie Walsh menemui jalan buntu.
“Dengan kekecewaan besar saya harus katakan bahwa semua negosiasi telah gagal,” kata Woodley kepada wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/3/2010).
“Perusahaan ini (BA) tidak ingin bernegosiasi, perusahaan ini hanya ingin berperang dengan anggota-anggota saya,” imbuh Woodley.
Total 1.100 penerbangan BA dari sekitar 1.950 penerbangan yang dijadwalkan selama aksi mogok ini akan dibatalkan.
BA bertekad untuk tetap menerbangkan setidaknya 60 persen penumpang dengan mengandalkan para staf yang tidak ikut mogok. BA juga akan menggunakan 22 pesawat dengan pilot dan kru dari delapan maskapai Eropa lainnya.  (sumber: detik.com)

II. TEORI

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi dalam organisasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat dan pemahaman atas informasi dari suatu unit (pengirim) ke unit yang lain (penerima) tidak hanya vital dalam perumusan tujuan organisasi, tetapi juga merupakan peralatan dan sarana penting melalui kegiatan organisasi.
Komunikasi adalah alat pengalihan informasi dari akumunikator kepada komunikasi agar antara mereka dapat interaksi (Hasibuan, 2002:81).
Komunikasi adalah satu usaha praktek dalam mempersatukan pendapat-pendapat, ide-ide, persamaan pengertian dan persatuan kelompok.

B. Fungsi-fungsi Komunikasi

Komunikasi menjalankan empat fungsi utama dalam organisasi atau perusahaan yaitu:
1)      Pengendalian
Fungsi komunikasi ini untuk mengendalikan perilaku anggota dengan beberapa cara. Setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh pegawai.
2)      Motivasi
Komunikasi memperkuat motivasi dengan menjelaskan ke para pegawai apa yang harus dilakukannya. Seberapa baik mereka bekerja, dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar.
3)      Pengungkapan emosi
Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok atau organisasi merupakan mekanisme fundamental dimana para anggota menunjukkan kekecewaan dan kepuasan. Oleh karena itu, komunikasi memfasilitasi pelepasan ungkapan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
4)      Informasi 
Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan dan kelompok untuk mengambil keputusan melalui penyampaian data guna mengenali dan mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif.

C. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah langkah-langkah di antara seorang sumber dan penerimanya yang menghasilkan transfer dan pemahaman makna. Pesan tersebut disampaikan dari seorang pengirim kepada seorang penerima. Ia disandikan dengan cara diubah menjadi suatu bentuk simbolis dan dialihkan melalui perantara (saluran) kepada penerima, yang lalu menerjemahkan ulang (membaca sandi ) pesan yang diberikan pengirim.
1.       Pengirim pesan (sender) dan isi pesan / materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
2.       Simbol / isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3.       Media / penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti : TV, radio, surat kabar, papan pengumuman, telepon, dan lainnya. Pemilihan ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan dan situasi.
4.       Mengartikan kode / isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti atau dipahaminya.
5.       Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim meskipun dalam bentuk code atau isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim.
6.       Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat.
7.       Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.

D. Arus Komunikasi

A.      Downward communication
yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya.  Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a.       Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b.      Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
c.       Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d.      Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
B.      Upward communication
yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya.  Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a.       Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b.      Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c.       Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d.      Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
C.      Horizontal communication
yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.  Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
a.       Memperbaiki koordinasi tugas
b.      Upaya pemecahan masalah
c.       Saling berbagi informasi
d.      Upaya pemecahan konflik
e.      Membina hubungan melalui kegiatan bersama

III. PENJELASAN KASUS

Permasalahan atau konflik yang terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan dalam masalah komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan sistem yang terstruktur. Karena jika masalah komunikasi antara atasan dan bawahan terjadi kemungkinan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demo.
Dari kasus tersebut, dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi masalah komunikasi dalam berbisnis, diantaranya:
v  Membentuk suatu sistem informasi yang terstruktur agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumuman atau pengumuman melalui loudspeaker.
v  Membuat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancar dan harmonis. Misalnya, dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi melalui rapat rutin akan mengurangi masalah di lapangan.
v  Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi.
Jika masalah komunikasi dapat di antisipasi dengan cara seperti diatas maka akan berkurangnya kekeliruan dalam berkomunikasi dan dapat menjalankan suatu kegiatan dengan baik. 

IV. KESIMPULAN

Manusia merupakan mahkluk mondualisme yaitu manusia sebagai mahkluk individu dan mahkluk sosial. Dengan kordatnya sebagai mahkluk sosial, maka manusia pasti membutuhkan manusia lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi baik kepada individu lain maupun kepada suatu kelompok atau organisasi. Dalam menjalankan sosialisasinya manusia membutuhkan komunikasi yang baik dan benar,  komunikasi merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu kesamaan makna maupun  tujuan. Manusia yang berkumpul dan berkelompok untuk memenuhi suatu tujuan yang sama  dari kelompok maupun individu disebut sebagai Organisasi.
Organisasi pada umunya terdiri dari pimpinan serta para anggota organisasi. Suatu organisasi akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan apabila komunikasi pada setiap anggota ini dapat berjalan dengan semestinya. Tidak hanya setiap anggota saja akan tetapi pemimpin suatu kelompok  berkewajiban untuk selalu menjaga komunikasi dengan bawahannya. Komunikasi dapat diterapkan dan berjalan dengan baik dalam suatu organisasi apabila pemimpin suatu organisasi bisa dan mau mendengar saran, insfirasi dan pendapat dari anggota kelompok, saling tukar informasi sebih banyak lebih baik serta tepat waktu, kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin maupun seorang pribadi, bawahan maupun anggota membutuhkan kepastian peraturan –peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan, seorang pemimpin tidak harus memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya terhadap bawahannya, serta setiap organisasi harus menyediakan saluran komunikasi. Apabila semua kontek diatas terpenuhi maka komunikasi dalam organisasi akan berjalan  sesuai dengan apa yang diharapkan.  



DAFTAR PUSTAKA

http://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-dan-fungsi-komunikasi-dalam.html
http://sashaannisa18.blogspot.co.id/2015/03/makalah-komunikasi.html
http://shellarasita.blogspot.co.id/2013/10/komunikasi-dalam-organisasi.html
http://alkurniasari.blogspot.co.id/2015/03/contoh-kasus-komunikasi-bisnis-dalam.html